Kamis, 07 Maret 2013

Analisi Jurnal Mengenai Keagenan Asuransi


ANALISIS JURNAL
JUDUL        : ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJAAN AGEN ASURANSI JIWA BERDASARKAN MODEL KARAKTERISTIK PEKERJAAN DARI HACKMAN DAN OLDHAM
PENULIS    : Mery Citra Sondari

Pada kali ini saya akan menganalisis jurnal mengenai berbagai karakteristik seorang agen asuransi jiwa berdasarkan model karakteristik pekerjaan dari Hackman dan Oldham. Pada jurnal ini, penelitian dilakukan di Bandung dengan subyek penelitian pada PT. Jiwasraya, Persero; Astra CGM Life; dan Panin Life. Penelitian ini dilakukan secara ex post facto, dimana peneliti hanya melaporkan apa yang telah terjadi atau sedang terjadi. Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini dirancang secara cross-sectional dimana penelitian pengambil sample dari populasi pada satu waktu tertentu. Penelitian ini juga dfilakukan dengan metode survey dimana pengumpulan informasi dilakukan secara empirical dan dilakukan di tempat kejadian secara langsung.
Pada saat ini industry asuransi jiwa di Indonesia memiliki prospek sangat cerah. Pertumbuhannya sekitar 20%-25% per tahun. Dan dapat dilihat dari pangsa pasar di Indonesia bahwa dari 225 juta jiwa penduduk Indonesia saat ini hanya baru tergarap sekitar 3 persen. Selain itu pertumbuhan industry ini juga bisa dilihat dari banyaknya agen asuransi yang terus berkembang. Namun perkembangan agen asuransi tersebut tidak diikutkan dengan kualifikasi karakteristik agen yang cukup maksimal. Hal tersebut ditandai dengan tingginya drop out agen, yang berarti bahwa agen tersebut keluar atau tidak bertanggung jawab terhapat pekerjaannya . Sehingga hal tersebut dapat mengganggu pertumbuhan industry asuransi jiwa.

Berdasarkan penelitian bahwa drop aout agen bisa terjadi akibat beberapa karakteristik, yang pertama yaitu tidak adanya motivasi diri dari agen tersebut selain itu persepsi agen asuransi terhadap karakteristik pekerjaan itu sendiri juga perlu dipertimbangkan sehingga drop out agen bisa terjadi. Seorang agen perlu menguasai trial close dan  handling objection. Jika seorang agen dapat menguasai tahapan untuk mengatasi penolakan calon pemilik asuransi maka besar kemungkinannya bahwa seorang agen tersebut dapat melakukan penjualan. Selain kedua hal tersebut, kemandirian dari seorang agen juga menentukkan, bahwa pekerjaan ini memerlukan kemandirian seorang agen untuk bekerja sendiri daripada bekerja di kantor. Sehingga semuanya tergantung dari rajin atau tidaknya agen tersebut untuk mencapai target dari pekerjaannya. Dan yang terakhir adalah mengenai pandangan masyarakat terhadap asuransi sendiri. Di Indonesia pandangan terhadap asuransi sendiri belum terlalu bagus sehingga tugas dari seorang agen untuk membuat pandangan yang baik terhadap asuransi.

Menurut Hackman dan Oldham mengatakan bahwa motivasi dan kepuasan akan muncul apabila di dalam diri seorang tersebut telah muncul suatu perasaan psikologis akibat persepsi pemangku pekerjaan atas karakteristik pekerjaannya. Keadaan – keadaan psikologis itu dinamakan Critical Psychological States, yang terdiri dari : a. pengalaman akan arti penting dari pekerjaan, b. pengalaman akan tanggung jawab yang dialami untuk hasil pekerjaan, c. pengetahuan dari hasil yang sbeenernya dari kegiatan kerja. Semakin baik ketiga keadaan psikologis tersebut dirasakan oleh seorang karyawan makan semakin baik pula perasaan karyawan atas diri mereka sendiri saat melakukan pekerjaan dengan baik.

Berdasarkan Hackman dan Oldham terdapat 8 karakteristik yang mempengarruhi agar motivasi dan kepuasan terhadap perkerjaan seorang agen. Dalam jurnal ini telah dilakukan penelitian, dan hasilnya mengatakan bahwa yang pertama berdasarkan variasi keterampilan, 45% responden sangat setuju bahwa pekerjaan seorang agen asuransi memrlukan beragam keterampilan seperti keterampilan dalam penjualan, bernegosiasi, berhubungan dengan orang lain, keterampilan persuasive, dan lainnya. Kedua adalah identitas tugas, 35% responden setuju bahwa pekerjaan seorang agen memerlukan identitas tugas yang tinggi dimana seorang agen harus menyelesaikan keseluruhan proses bisnis asuransi, dimulai dari prospek hingga pemeliharaan pelanggannya. Ketiga adalah kebebasan (autonomy), 40% responden  tidak setuju bahwa pekerjaan ini memrlukan kebebasan artinya tidak diwajibkan untuk hadir di kantor setiap hari, kemudian agen juga memiliki kebebasan dlam melakukan pendekaan kepada prospek, cara penjualan, dan lain lain. Hal ini menunjukan hal yang berbeda dengan apa yang dikatakan Hackman dan Oldham.  Keempat adalah Nilai penting tugas, sebanyak 45% responden sangat setuju bahwa pekerjaan ini memiliki tugas penting karena pekerjaan ini dapat menawarkan sesuatu yang dapat memberikan perlindungan kepada pemegang polis asuransinyya. Kelima adalah Umpan balik, terdapat 52% responden setuju bahwa seorang agen asuransi mampu langsung memberika umpan balik kepada konsumen mengenai hal yang ditanyakan oleh konsumen, seperti misalnya seorang agen dapat langsung megira – ngira calon konsumen dapat diterima atau tidak oleh underwriting atau lainnya. Keenam adalah pengalaman akan arti penting dari pekerjaan, sebesar 48% responden setuju bahwa seorang agen akan merasakan bahwa dari pekerjaannya akan mendapatkan pengalaman – pengalaman penting untuk kehidupannya sehingga mereka akan lebih termotivasi. Ketujuh, pengalaman akan tanggung jawab yang dialami untuk hasil pekerjaan, 37% responden tidak setuju, hal ini menunjukkan hal yang berbeda dengan yang diaktakan Hackman dan Oldham bahwa seharusnya pengalaman akan tanggung jawab dirasakan seorang agen saat melakukan pekerjaannya. Dan yang terakhir adalah pengetahuan dari hasil yang sebenernya dari kegiatan kerja, 62% rsponden setuju bahwa seorang agen harus memiliki pengetahuan yang cukup luas untuk menjawab setiap pertanyaan klien.

Dapat disimpulkan bahwa agen asuransi jiwa yang menjadi responden sudah memiliki persepsi yang baik atas pekerjaan mereka. Karakteristik yang perlu diperhatikan seperti dari hasil penelitian nomeor tiga mengenai kebebesan dalam bekerja, bahwa pada dasarnya pekerjaan seorang agen seharusnya bebas namun menurut pandangan para responden agen tidak seperti itu, hal itu dikarenakan kemungkinan kebijakan perusahaan yang terlalu rinci mengatur tata laksana pekerjaan asuransi. Selain itu keadaan psiokologis kritis seorang agen, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa para responden sudah merasakan pengalaman psikologis yang positif sesuai dengan teori yang ada. Namun terdapat hal yang perlu diperhatikan seperti berdasarkan hasil penelitian nomor tujuh bahwa para responden kurang mengalami perasaan tanggung jawab akan pekerjaannya. Hal itu mungkin disebabkan karena kurangnya kebebasan yang mereka dapatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar